Rabu, Februari 18, 2009

Gempa Talaud

Minggu lalu saya di telpon mertua, memberitahu kalau gempa berkekuatan 7,4 SR menghantam kepulauan Talaud. Saya kaget karena kedua ortu tercinta dan kakak perempuan dan keluarganya menetap di pulau Kabaruan. Namun di hati ada keyakinan kalau mereka baik2 saja.
Selama tiga hari kami berusaha menelpon tapi tidak juga tersambung. Kabar terakhir yang kami terima melalui mertua saya di jakarta bahwa ortu dan keluarga lain melarikan diri ke sebuah bukit karena adanya kemungkinan terjadinya tsunami.
Hari minggu 15 februari akhirnya kami bisa mengontak ortu saya. Senang mendengar suara mereka yang ceria dan tak kurang suatu apapun. Tetapi dari cerita mereka, ternyata kampung yang lain mengalami kerusakan parah, terutama kampung Pangeran hampir 100% rumah roboh. Yang sangat disyukuri, tidak ada korban meninggal padahal gempa terjadi pada jam 01.30 subuh waktu setempat. Menurut beberapa media, ada satu korban meninggal karena shock, mungkin di pulau yang lain.
Bagi penduduk pulau Kabaruan, gempa dan kemungkinan terjadinya tsunami sebenarnya tidak mengagetkan lagi. Desember 2004-Mei 2005, saya dan keluarga berlibur ke sana dan mengalami sesuatu yang luar biasa. Pertengahan desember 2004 (sebelum tsunami Aceh) bahkan beberapa bulan sebelum desember 2004, banyak penduduk pulau Kabaruan (yang sempat saya catat ada 40 orang di 9 kampung di pulau kabaruan), yang mendapat mimpi bahwa akan ada gempa besar dan tsunami di Talaud. Semula banyak orang merasa itu cuma isu yang dihembuskan oleh orang2 yang ingin mencari sensasi.
Namun setelah tsunami Aceh, mereka mulai menganggap hal itu serius. Apalagi setelah gempa berkekuatan besar (kira2 8 atau 9 SR) meluluhlantakkan Nias, mereka lebih gentar lagi.
Berbekal pengetahuan seadanya tentang tsunami yang diambil dari internet, suami saya dan beberapa rekan pemimpin agama, berkeliling pulau kabaruan (kecuali Damau, Peret,Birang) menjelaskan tentang tsunami, tanda2nya dan usaha2 evakuasi. Masyarakat menanggapi dengan antusias sekalipun masih ada juga yang skeptis. Di setiap kampung yang kami datangi diadakan doa dan puasa bersama mohon belas kasihan Tuhan.
Pak Camat Awuy (saat itu) mendukung usaha tersebut dan mengumpulkan tokoh2 agama serta menginstruksikan para kades agar memobilisasi masyarakatnya untuk datang berdoa bersama di ibu kota kecamatan Kabaruan, di Mangaran. Tanggal 11 mei 2005, ada kurang lebih 1000 orang dewasa yang berkumpul di depan kantor KORAMIL, di tepi pantai Mangaran, berseru bersama mohon pengampunan dan belas kasihan Tuhan.
Selama kami disana, gempa sering terjadi di tengah malam tetapi dalam skala yang kecil (kira2
3-5 SR). Kalau tidak salah juga, kepulauan Talaud diapit oleh beberapa patahan lempeng bumi.
Hal2 diatas juga makin menguatkan bahwa kemungkinan adanya gempa besar dan tsunami bukanlah suatu khayalan semata.
Mengenai mimpi yang dialami banyak orang (termasuk saya pada pertengahan desember 2004), mungkin ada yang tidak mempercayainya. Namun yang terpenting adalah memahami bahwa Tuhanlah yang menciptakan bumi dan seisinya dan Dia hidup serta berkuasa. Apapun keputusanNya, Dia adil dan pengasih. Sebelum melakukan sesuatu, Dia akan menyatakan peringatanNya terlebih dahulu dalam berbagai bentuk komunikasi. Hanya masalahnya, apakah manusia mau mengindahkanNya ataukah menganggap hal itu sepi-sepi saja. Kita tetap berdoa agar Talaud dan berbagai tempat di Indonesia akan terhindar dari tsunami atau malapetaka yang lain. Kita memang cuma debu yang rapuh...hidup dari belaskasihan Tuhan.

2 Komentar:

Blogger Daniel Palma Villagra mengatakan...

Hola...
esntra a mi blog: danielpv8.blogspot.com

danielpv8@gmail.com

Quiero hacer amigos orientales.

19 Februari 2009 pukul 00.58  
Blogger ina mengatakan...

Hola Daniel, can u speak English please? by the way..thank you to visit my blog.

20 Februari 2009 pukul 00.28  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda

Search Engine Submission - AddMe --> visitor analysis
visitor analysis